Tugas Individu Pengantar Ilmu Komunikasi.
Disusun Oleh :
Nama : Nurhasanah Harahap.
Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik/Ilmu Komunikas.
Pengalaman Berkomunikasi.
Pengalaman Berkomunikasi dengan Orang yang Berbeda Budaya.
Berkomunikasi dengan orang yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda membuat sebuah komunkasi menjadi kurang efektif. Sesuai dengan salah satu prinsip komunikasi, bahwa semakin mirip latar belakang sosial budaya semakin efektiflah komunikasi.
Prinsip tersebut tentu semakin menjelaskan bahwa perbedaan budaya dalam masyarakat membuat komunikasi menjadi kurang efektif. Sebagai individu komunikasi merupakan hal penting agar dapat menunjukan eksistensinya dan untuk itu individu-individu cenderung memiliki rasa kebersamaan dengan orang-orang yang memiliki latar belakang budaya yang sama atau mirip.
Perbedaan budaya antar individu menyebabkan sebuah hubungan menjadi kurang efektif karena melalui cara pandang individu yang berbeda itu dapat menumbuhkan berbagai persepsi positif maupun sebaliknya.
.
Cara pandang berbeda itu muncul dari berbagai perbedaan kondisi sosial seseorang dan budaya di sekitar mereka. Hal ini tentu mempengaruhi proses komunikasi yang terjadi diantara dua individu atau lebih yang memiliki budaya yang berbeda.
.
Ketika kuliah saya bersekolah di daerah yang mayoritas adalah orang-orang yang berasal dari suku Sunda. Saya sendiri dibesarkan dalam tata cara keluarga yang memiliki adat Batak.. Secara spesifik memang ada perbedaan dari bahasa yang digunakan.
Sehingga saya sendiri sulit berkomunikasi dengan teman-teman saya yang berbicara dengan menggunakan bahasa sunda. Dengan memahami bagaimana bersikap baik diantara teman-teman saya, perlahan-lahan saya juga dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan teman-teman kampus saya.
Terkadang saya memang mengalami kebingungan memahami kata-kata mereka ketika sedang mengobrol dengan menggunakan bahasa sunda (beberapa teman saya merasa lebih nyaman jika berbicara jika dengan bahasa tersebut).
Hingga pada akhirnya saya pun dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan tersebut dengan menjelaskan kepada mereka bahwa saya tidak mengerti dengan “pembicaraan” mereka jika mereka terus saja berbicara menggunkan bahasa sunda. Mereka pun akhirnya mengerti dan berusaha untuk tidak menggunakan bahasa sunda ketika sedang berbicara dengan saya.
Hal tersebutlah yang membuat saya memahami betul bahwa setiap individu memiliki berbagai budaya yang berbeda sehingga apabila perbedaan itu tidak ditanggapi secara tepat akan memunculkan konflik.
Perbedaan budaya antara saya yang berasal dari suku batak dan juga beberapa teman saya yang berasal dari suku sunda, merupakan perbedaan budaya yang sangat jauh berbeda.
Namun, diantara kami ada pula seorang teman yang berasal dari Palembang dan Jakarta. Perbedaan budaya antara kami, hampir saja menimbulkan konflik. Hal ini mungkin dikarenakan bahwa perbedaan budaya antara kami tidak ada kemiripan. Justru membuat kami membentuk persepsi yang salah.
Teman saya yang berasal dari Palembang ini memiliki kebiasaan berbicara dengan suara yang keras dan gamblang sama dengan saya. Saya dan teman saya tidak sedikit pun menyembunyikan yang saya rasakan atau yang saya pikirkan. Jika saya dan teman saya merasa tidak cocok, merasa tidak suka, maka saya dan teman saya secara terus terang langsung mengatakannya.
Hal ini berbeda sekali dengan kebiasaan masyarakat yang ada di daerah bandung. Ada perbedaan yang mencolok antara cara bicara, cara berpikir, bertindak serta menunjukan eksistensinya dalam sebuah kehidupan sosial.
Teman saya dan saya sering sekali berbicara dengan intonasi yang tinggi dan dengan volume yang keras.Karena itu sudah menjadi kebiasaan saya dan teman saya yang berasal dari Palembang cara bicaranya.
Terkadang hal ini menumbuhkan persepsi yang berbeda bagi setiap orang. Ketika itu, adalah awal masuk kampus, ketika sedang masa orientasi siswa, teman saya yang dari palembang ini pemberani, jadi dia sering mendapat hukuman dan paling tidak disukai oleh teman-teman sekelas. Karena cara bicaranya yang keras, caranya melihat orang, saya mewajarkan semuanya siftanya karna sama-sama dari sumatera, dan kelas kami lebih sering dihukum karena kelas kami dianggap memiliki seorang “pembangkang”. Teman saya dianggap telah menentang panitia orientasi. Dari beberapa orang teman saya mempersepsikan bahwa teman saya itu
tidak diajari sopan santun, cara berbicara dengan baik karena berbicara dengan volume keras dianggap tidak sopan, tidak menghormati orang yang sedang berbicara, sombong, songong dll, pada hal teman saya itu bukan seperti yang mereka kira, cuma cara dan sifat teman saya / orang sumatera seperti itu.
Setelah terlewati tahap orientasi, dan setelah beberapa teman saya berbicara dengan dia, barulah mereka tau bahwa caranya berbicara, caranya melihat orang lain emang seperti itu, bukan semata-mata untuk menentang namun justru menghormati.
Menurut budaya kami, jika kita berbicara dengan orang yang lebih tua justru kita harus menggunakan volume yang lebih keras dan juga harus memandang mata. Tentu budaya saya dan teman saya sangat berdeba dengan disini. Dengan adanya perbedaan budaya ini, teman-teman kampus hampir saja menjauhi dia, hal tersebut tentu akan menimbulkan konflik.
Untung saja, perbedaan budaya tersebut akhirnya dapat diatasi. Pelan-pelan saya dan teman-teman kampus saya mengajari atau memberitau bagaimana norma dan aturan budaya didaerah sunda, memberikan pengertian bahwa budaya saya , teman saya dengan teman kampus sangat berbeda, dan dia harus bisa belajar beradapatasi.